Sore itu seperti biasa jalur tempat naiknya kereta api penuh dengan
orang-orang berkemeja, celana bahan dan sepatu pantopel. Terlihat tas
mereka digembol depan dada mereka, dengan tujuan agar lebih aman.
Sebagian lagi wanita-wanita berpenampilan rapi dengan polesan wajah yang
mulai luntur karna tersimbah oleh keringat setelah berlari-lari ke dalam
stasiun demi tercapainya kereta yang akan menghantarnya ke istana
mereka masing-masing.
Sosok itu tak sengaja ku lihat. Pria semampai, berkemeja, celana
bahan, sepatu pantopel beserta tas ransel yang dia panggul di depan
dadanya. Jarak pandang kami saat itu hanya terpisah dua rel kereta.
Sesekali mata ini memperhatikan pria yang sedang berbincang dengan teman
yang terlihat lebih berumur daripadanya. Setelah beberapa kali saya
mencuri pandang ke arahnya, akhirnya dia tersadar kalau saya sedang
memperhatikan gerak geriknya. Akhirnya pada satu waktu mata kami
bertemu, dan saya berusaha mengalihkan perhatian ke arah yg berlainan.
Perilaku itu dilakukan tidak hanya sekali, tapi berulang kali, sampai
pria itu mempertegas sosok saya dengan terus memperhatikan.
Kereta arah tanah abang yang ditunggu pria itu akhirnya datang. Dan sosok itu-pun tertutup oleh rangkaian gerbong kereta. Saya masih terus memperhatikan, berharap dia berubah pikiran dan tetap tinggal di stasiun. Tapi harapan tak sesuai dengan kenyataan. Sosok nya lenyap bersama kereta yang menghampirinya tadi. Saya masih memandang sudut yang tadi terdapat
sosok pria yang selalu saya khayalkan sebagai sosok kekasih yang tidak
terduga. Sampai kereta tujuan Bogor datang dan saya pun harus tersadar
dari lamunan panjang, dan segera bergerak untuk masuk ke dalam gerbong.
Di dalam kereta menuju bogor, saya tak lepas akan bayangan pria di stasiun tadi. Menilai dari sudut pandang sendiri dia adalah pria baik, ramah, sabar dan pekerja keras. Oh tentu saja tampan. Tapi saya hidup di dunia nyata, bukan sedang shooting film-film drama percintaan pendek atau dongen yang berakhir dramatis. Memang kesendirian saya ini membuat saya agak sedikit gila dengan sosok kekasih khayalan. Rindu akan perhatian pria yang terakhir saya rasakan kurang lebih enam bulan yang lalu. Bukan karena saya tidak laku, tetapi mungkin saya trauma akan kisah-kisah percintaan saya yang selalu gagal di tengah jalan. Beberapa kali sudah merencanakan pernikahan tetapi hasilnya nihil Hhhh...entah itu hanya diiming-imingi janji paslu atau kisah cinta singkat yang hanya berambisi untuk cepat menikah. Entahlah. Untuk sekarang saya hanya ingin menikmati kesendirian dengan berhayal suatu saat ada lelaki baik yang menghampiri hidup saya tanpa disengaja lalu menemani perjalanan saya hingga kami tak menyatu lagi. Mungkin keinginan yang sangat berlebihan, tapi untuk sekedar berkhayal ini sungguh membuat saya terhibur.
No comments:
Post a Comment