Hari ini seperti biasa, saya berangkat kerja pukul 08.30 WIB. Sering berniat untuk bangun lebih awal, tapi hasilnya gagal. Ya, hanya niat. Berangkat kantor dengan menggunakan sepeda motor sama saja menyerahkan kulit setengah mateng saya kepada kompor raksasa untuk dibuatnya lebih matang. Ditambah lagi ribuan orang berkepala helm, dan benda-benda kotak beroda empat tumpah ruah di jalan. Rasanya ingin menangis, sumpah serapah sudah saya keluarka bersama peluh yang mulai membasahi sekujur tubuh. Jakarta, kenapa tak ada ruang untuk saya lewat dan melintas diatas kecepatan 30 km/jam? Rasanya ingin membeli satu pesawat jet agar bangun tidur bisa langsung sampai tempat kerja.
Beberapa terakhir ini, saya sering memikirkan apa yang saya lakukan dengan kisah percintaan saya. astaga, sebenarnya ini sangat cengeng dan ngga perlu difikirkan terlalu dramatis. Tapi semenjak saya putus dengan dia yang berbeda, lalu gagal untuk menikah dengan laki-laki yang hanya membual, untuk sekarang saya lebih khawatir dengan apa yang saya jalani. Tuhan seperti sebuah kutukan yang mengerikan. Menjadi pribadi yang lebih tegar menerima rasa pahit yang pekat, tapi jujur itu bukan diri saya yang sebenarnya. Hanya ingin menunjukkan kalau semuanya baik-baik saja. tidak ada jerat piluan yang terpampang di wajah.
Sesekali hati ini memikirkan dia yang berbeda. Sungguh kali ini saya berdosa, berdosa karna masih mencintai yang sudah bukan milik saya lagi, melainkan milik wanita lain yang sekarang menyayanginya, dan saya pun begitu, milik lelaki yang katanya menyayangi saya. Apa yang saya lakukan dulu pada saat memilihnya menjadi kekasih saya. Padahal sadar betul kalu hati saya masih miliknya dia yang berbeda. Hingga saat ini, saya tersakiti olehnya, tersinggung dengan ucapan keluarganya yang menganggap saya seperti pengganggu. Saya selalu bertanya, kenapa setelah dia yang berbeda, lelaki semua sama? baik di awal, tapi entah berapa lama dia menunjukan sifat sebenarnya yang benar-benar bertolak belakang dengan awalnya.
Hhhh...sungguh hari ini kemarin dan beberapa hari belakangan ini saya merasa lelah. Bukannya bersemangat atas apa yang saya lakukan, saya malah merasa setiap hari ada saja masalah yang datang. Diri jadi takut melayani hari, takut akan rasa sakit yang datang secara absurt. Bisa saja mereka datang di tengah-tengah candaan, atau tawa yang sedang saya pampang di depan orang-orang, atau saat saya sedang berkonsentrasi pada satu hal dan bisa membuyarkan semuanya. Kini hanya ingin memohon, lepaskan semua, dan memang saya tidak suka!
Beberapa terakhir ini, saya sering memikirkan apa yang saya lakukan dengan kisah percintaan saya. astaga, sebenarnya ini sangat cengeng dan ngga perlu difikirkan terlalu dramatis. Tapi semenjak saya putus dengan dia yang berbeda, lalu gagal untuk menikah dengan laki-laki yang hanya membual, untuk sekarang saya lebih khawatir dengan apa yang saya jalani. Tuhan seperti sebuah kutukan yang mengerikan. Menjadi pribadi yang lebih tegar menerima rasa pahit yang pekat, tapi jujur itu bukan diri saya yang sebenarnya. Hanya ingin menunjukkan kalau semuanya baik-baik saja. tidak ada jerat piluan yang terpampang di wajah.
Sesekali hati ini memikirkan dia yang berbeda. Sungguh kali ini saya berdosa, berdosa karna masih mencintai yang sudah bukan milik saya lagi, melainkan milik wanita lain yang sekarang menyayanginya, dan saya pun begitu, milik lelaki yang katanya menyayangi saya. Apa yang saya lakukan dulu pada saat memilihnya menjadi kekasih saya. Padahal sadar betul kalu hati saya masih miliknya dia yang berbeda. Hingga saat ini, saya tersakiti olehnya, tersinggung dengan ucapan keluarganya yang menganggap saya seperti pengganggu. Saya selalu bertanya, kenapa setelah dia yang berbeda, lelaki semua sama? baik di awal, tapi entah berapa lama dia menunjukan sifat sebenarnya yang benar-benar bertolak belakang dengan awalnya.
Hhhh...sungguh hari ini kemarin dan beberapa hari belakangan ini saya merasa lelah. Bukannya bersemangat atas apa yang saya lakukan, saya malah merasa setiap hari ada saja masalah yang datang. Diri jadi takut melayani hari, takut akan rasa sakit yang datang secara absurt. Bisa saja mereka datang di tengah-tengah candaan, atau tawa yang sedang saya pampang di depan orang-orang, atau saat saya sedang berkonsentrasi pada satu hal dan bisa membuyarkan semuanya. Kini hanya ingin memohon, lepaskan semua, dan memang saya tidak suka!
No comments:
Post a Comment