Saturday, 12 April 2014

Nisa Enest


....
Slide kehidupan sepasang anak manusia yang saling mendukung dalam menahan sakit akan adanya perpisahan.

Vidio ini hanya sebuah ilustrasi yang menceritakan, hmmm klise sih, tentang sebuah perbedaan (again) kayaknya blog gue penuh cerita drama yang sangkut paut ama perbedaan gini...

Ceritanya gini:



Nisa dan Enest adalah sepasang kekasih yang sebenernya dari kepribadian pun mereka gak cocok. Tapi karna ada alasan cinta dan saling membutuhkan akhirnya terjalin hubungan yang sebenernya gak perlu diterusin. Karena semua akan berdampak kesakitan yang luar biasa. Gak perduli dengan keadaan didepan, mereka pun menantang ketentuan Sang Penguasa Alam.

Hubungan mereka sangat pelik. Gak jarang pertengkaran timbul di sela-sela kemesraan. Ntah Nisa yang terlalu keras kepala dan terlampau cengeng atau Enest yang terlalu tempramental. Tapi gak tau kenapa Nisa begitu nyaman dengan sosok Enest yang pemarah. Mungkin bagi Nisa itulah cinta sebenarnya, gak perlu pura-pura atau menjadi orang lain. Cukup tunjukkan diri sendiri.

Dibalik sifat temprament-nya, ternyata Enest adalah sosok laki-laki perhatian, sabar menghadapi sikap Nisa  yang kadang bisa bikin orang sekelilingnya geram. Enest juga selalu melindungi Nisa dari semua kesalahan yang Nisa buat.

Bagi Nisa, Enest bukan hanya seorang pacar, tapi tempat dimana Nisa bergantung sama perasaannya. Tanpa Enest, Nisa cuma perempuan cengeng dan manja, gak ketinggalan, semaunya sendiri. Tapi Enest telah mengajarkannya hidup tanpa harus selalu berlinang air mata.

Sampai keduanya menyerah dengan keadaan. Semua terlihat tak lagi mendukung. Dilihat sekeliling Nisa menangis kesakitan akan hubungannya dengan Enest. Begitu juga sebaliknya. Perbedaan kadang tak selalu indah bila disejajarkan. Dan akhirnya mereka memilih untuk membuat senyuman sekeliling mereka. Perpisahan yang baik dengan hubungan yang baik setelahnya.

Enest tetap bagian hidup Nisa, dan begitu pula sebaliknya. Sampai Nisa bertemu dengan Abi, laki-laki yang sabar mennunggu perasaannya tumbuh sempurna di hati Nisa.

Trimakasih Abi...Bahagialah Enest

-Fin-







Video yang bersangkutan diambil dari : Youtube
Artis : Stefan William dan Nasya Marcella


Wednesday, 2 April 2014

Emotion!

Sebenarnya malam ini sungguh kacau. Dia yang bersikap acuh tak acuh kepadaku karena satu kesalahan yang terhitung kecil. Entah apa yang aku lakukan juga sehingga keadaan semakin parah. Dia menyibukan diri dengan pekerjaannya dan aku hanya merengut memendam kekesalan. Perasaan ku semakin kacau, tatkala ambulan berlalu lalang diantara kami.
Aku sangat benci dengan rumah sakit. Keadaan yang memaksaku untuk disini. Kalau tidak karena aku cinta dengan dia dan sayang dengan ayahnya mungkin seribu kali aku berfikir untuk berdiam di sini hingga larut. Sekarang kerjaku hanya menarik dan membuang nafas sekeras-kerasnya agar dia menghiraukan semua tingkah laku ku. Tapi lama-lama aku berfikir kalau semua itu hanya sia-sia.
Tapi apapun yang dilakukan gak akan pernah berakhir sia-sia. Walau yang keluar dari mulutnya hanya bertanya aku kenapa, seenggaknya tingkah laku aneh ku mendapat respon. Aku hanya memandang dengan muka kesal. Seperti biasa, dia tak menghiraukan arti pandanganku. Sikapnya yang acuh akhirnya membuat aku kesal.
Sempat dia mengataiku ‘batu’ ditanya tapi diam saja. Dan aku mencoba untuk gak merespon lalu keluarlah gerutuan kecil dari mulutnya. Gak lama dia beranjak sambil menarik tanganku tanda untuk pergi. Aku marah tapi disatu sisi aku senang, akhirnya aku bisa pergi dari lorong rumah sakit yang semakin malam semakin membuatku takut.
Aku memutuskan untuk bertanya kita mau kemana. Dan dia menjawab dengan nada ketus bahwa dia akan mengantarku ke halte untuk pulang. Bukan dia tega menelantarkan aku untuk pulang sendiri. Situasi yang memaksa dia agar tetap di rumah sakit dan aku mengerti akan hal itu.
Diperjalanan menuju halte, kami sempat cekcok mulut. Dia yang kesal akan tingkah ku yang sangat amat childis. Aku yang tidak merasa seperti itu semakin menjadi-jadi. Beberapa kali dia mengentakan kaki dan berkata keras tapi tetap saja aku rewel dengan gerutuan yang semakin membuatnya kesal.
Kadang aku berfikir, laki-laki ini bisa menjadi sangat kejam akan tingkahnya. Dan benar saja, saat klimaks-nya perseturuan kita, dan kita sama-sama mulai lelah akhirnya kita berdua diam. Aku melihatnya sesekali dia mengangkat telpon genggamnya. Ya, sudah pasti itu dari ayahnya yang sedang menunggu dia kembali ke kamar rumah sakit untuk meminta tolong sesuatu.
Keadaan semakin kacau balau dan tak terkendali. Dia pun mulai memandangku dan berkata, ‘Maaf’ lalu berlari meninggalkan ku sebelum kita sampai tujuan. Aku hanya terpaku melihat punggung itu. Tega banget dia, apa aku yang terlalu egois? Gak minat untuk pulang, akupun duduk didepan pagar sebuah gedung yang cukup sepi. Seperti orang depresi aku diam tapi sesekali menangis……..

To Be Continue

Wikipedia

Search results